Sabtu, 18 Februari 2012

Toyota Grand Innova, Sebuah Kemewahan Berkendara

JAKARTA – Varian Multi Purpose Vehicle (MPV) dari Toyota Astra Motor ini sudah terkenal di seluruh Indonesia. Toyota Grand Innova, meneruskan kejayaan Innova sebagai kendaraan keluarga namun dengan sebuah kenyamanan dan kemewahan.

Melihat bentuknya yang bongsor, Grand Innova sudah bisa dipastikan memiliki kabin yang lapang dan luas. Innova memang menawarkan keluasan kabin yang bisa menampung 7 penumpang.

Varian tertinggi dari Innova adalah tipe V dengan transmisi matic. Varian ini juga hadir dengan pilihan bahan bakar bensin atau diesel. Untuk versi bensin diperkuat dengan kapasitas mesin 2.0 liter, sedangkan diesel dengan kapasitas mesin 2.5 liter.

Banyak yang menarik dibahas dari mobil yang sudah meluncur di Indonesia pada pertengahan 2011 lalu. Dimulai dari segi eksetrior yang sudah pasti lebih segar dibandingkan dengan Innova lawas. Kemewahan sudah terlihat dari eksetrior yang sudah dilengkapi dengan sensor parkir di setiap sisi mobil, serta kamera parkir di bagian belakang. Spion elektrik hadir dengan tambahan lampu sein.

Tapi yang paling menarik adalah sisi interior dari Grand Innova V 2.0 ini. Batang kemudi dengan aksen kayu dan sudah terintegrasi dengan kontrol audio sehingga memudahkan pengendara untuk mengontrol audio.

Tampilan audio double DIN dengan layar sentuh 6 inchi dengan fasilitas TV, radio, CD/DVD, USB dan layar audio ini juga berfungsi untuk kamera parkir. Di sisi-sisi audio juga hadir aksen kayu tentu saja untuk menambah kesan mewah.

AC double blower tersedia di bagian penumpang, dimana pada baris kedua hadir dengan fitur captain seat, yang memberikan privasi bagi penumpang serta lebih tampak lega. Penumpang bisa dimanjakan dengan sistem audio speaker yang nyaman di telinga.

Sementara pada mesin tidak ada yang berubah dibandingkan Innova lawas. Tenaga yang dihasilkan Grand Innova sama dengan Innova lawas bemesin bensin.

Harley Davidson CVO Hadir di Indonesia

JAKARTA - PT Mabua Harley Davidson selaku agen tunggal pemegang merek Harley Davidson di Indonesia, kembali memperkenalkan produk terbarunya pada 2012, yakni Harley Davidson Custom Vehicle Operations (CVO).

Harley Davidson CVO ini memiliki gaya eksklusif dan performa yang inspiratif dengan empat modelnya untuk 2012. Diantaranya, 2012 CVO Ultra Classic Electra Glide, CVO Road Glide Custom, CVO Street Glide dan CVO Softail Convertible. Motor ini diproduksi dalam jumlah yang terbatas.

"Keempat varian CVO ini memiliki keunikan dan performa dengan daya tarik tersendiri bagi penggemar Harley Davidson di Indonesia, terlebih lagi varian ini jumlahnya yang sangat terbatas," terang Denny Aryadi, Assistant General Manager PT Mabua Harley Davidson dalam acara media launching, di Jakarta, Jumat (17/2/2012).

Selain itu, model CVO ini dibekali mesin Screamin Eagle berteknologi injection, Twin Cam 110 V-Twin dengan 110-cid (1803cc) yang merupakan mesin berkekuatan terbesar yang pernah diberikan pada sepeda motor Harley Davidson dengan torsi 122 ft pada 3750 rpm lbs.

Lebih lanjut, CVO 2012 ini hadir dengan berbagai perubahan seperti teknologi terkini, mesin yang tangguh, serta pilihan warna yang lebih memukau dan eksklusif.

Penjualan Sepeda Motor Sedikit Melorot di Awal Tahun

Penjualan sepeda motor di Januari 2012 ini sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan awal tahun lalu. Total sepeda motor yang mengaspal di Januari lalu adalah 645.863 unit, menurun setelah 2011 mencatatkan angka 664.983 unit.

Astra Honda Motor sebagai pemegang merek Honda mencatat penjualan sebesar 382.473 unit. Angka ini terbilang cukup baik dibandingkan dengan Januari 2011 melepas 331.596 unit.

Sementara Yamaha Indonesia Motor Manufacturing mengalami penurunan dengan hanya melepas 205.304 unit. Pada Januari 2011 lalu Yamaha mencatatkan angka penjualan 276.586 unit.

Suzuki mengalami kenaikan dengan menjual 49.315 unit, naik sekitar dua ribuan unit dimana paa tahun lalu hanya mencatat penjualan 47.611 unit. Kawasaki juga mencatat penurunan dengan melepas 7.623 unit dan pabrikan asal India TVS, melepas 1.148 unit.

Kamis, 02 Februari 2012

Yamaha XS-650, Choppers Kenny Roberts SR


  
Em-Plus
 jadi saksi ‘kelahiran’ proses customized Yamaha XS-650 garapan sang maestro Dodi Irhas, punggawa Dodi Chrome Cyles  (DCC) ini. Mulai cari mesin, pembangunan sasis dan detail sempat terpantau terus dengan rasa penasaran. Gimana jadinya kira-kira, karena sang builder yang sering menggarap Harley-Davidson ini main motor Jepang atau Jepangan.

“Bentuk mesin dan karakter XS-650 cocok jadi chopper,” kata Dodi di bengkelnya pada suatu waktu. Apalagi ownernya, Rama Aditya Adikusumah tergolong new blood di klub mereka, Cosanostra MC Jakarta.

XS-650 yang meledak-ledak dan kencang pastinya cocok untuk mahasiswa psikologi Universitas Indonesia ini. “Motor ini termasuk legendaris? Selain jadi motor polisi yang sering mengejar motor kencang, juga punya tempat di hati speed junkie. Pernah jadi tunggangan andalan Kenny Roberts Sr, juara dunia grasstrack di Amerika pada masanya,” tambah Wahyudin Adikusumah, bokap Rama yang memang pecinta custom.

He..he.. bisa dipastikan Bro Wahyudin juga yang ‘ngeracunin’ putranya jadi psychocycle tulen. Sama dengan bapaknya.

Sudah jadi ciri khas, garapan DCC mengedepankan detail dan rapi setiap bagian. Untuk sasis, menganut softail dalam balutan choppers new school double down tube dengan high neck di level menengah.

Karena untuk daily riding, Dodi pilih rake standar dan ergonomi rider ideal biar enggak bikin pegal. Raiser pendek dan setang bullhorned agak baplang meringankan handling. “Ideal dipakai kuliah atau turing jauh.”

Namanya builder berpengalaman, Dodi terbilang teliti mengharmonisasikan  sinergi antarkomponen di motor ini. Bagian depan, sok dibungkus pelat agar tampak berotot.

Detail di tangki juga disasar mewah. Tutup tangki comot variasi unik berbentuk dua sayap berdampingan dengan spidometer standar Amerika, Mile Per Hour (MPH) dan petunjuk RPM. Dari sini, unsur mewah dan garapan serius tampak jelas.

“DCC juga ingin motor bersih dan simpel. Konstruksi softail enggak kelihatan dan ditutupi pelat. Sekilas motor seperti aliran outlaws dengan karaktar hardtail alias rigid. Padahal enggak softail tulen,” tegas Rama.
Detai Pin Strip Dan Gold Leaf
Kenyamanan softail ditambah lagi jok single sitter ala sadel kuda untuk menguatkan gaya ol skool chop di motor ini. Pilihan single ini juga yang membuat motor semakin simpel.

Nggak mau tanggung,  ia mengontak Ikman Setiadi, punggawa Buretos Leather Bandung, untuk mengerjakannya. Teknik ukir kulit yang dilakoni membuat tampak semakin mewah. 

Yamaha Mio, Kelas Seher 58-an



Karena sering diajak nonton balap liar alias bali, Muhammad Alfan dari Penggilingan, Jakarta Timur ini langsung kepincut membuat motor kenceng. Dengan niatnya itu, bocah yang masih duduk di kelas 2 SMU ini langsung membuat kencang Yamaha Mio keluaran 2010 miliknya. Padahal biasa dipakai untuk sekolah.

Kebetulan di Jakarta Timur sedang musim balapan liar dengan spek seher diameter 58,5 mm. “Tapi, klepnya boleh diganti,” jelas Daryanto, mekanik dari bengkel 14 Low Profil (LP) di Perumahan Eramas 2000, Jakarta Timur. Dia yang mengobok-obok Mio milik Alfan yang biasa dipanggil Bedegong itu.

“Untuk pekerjaan awal, mengganti piston asli dengan seher Honda GL-Pro Neo Tech. Diameternya dipilih yang berukuran 58,5 mm,” bilang Daryanto, mekanik yang berkulit sawo matang itu.

Piston kepunyaan GL-Pro Neo Tech memang jadul banget. Desainnya sangat tinggi. Kalau kepala sehernya tidak dipapas akan nongol jika dipasang di blok Yamaha Mio.

Untuk itu permukaan atas seher dipotong. “Sekalian dibuatkan alur klep supaya tidak bertabrakan antara katup dengan piston,” jelas Daryanto yang senang ikut balap matic itu.

Selain papas bagian atas seher, pantat piston juga dipotong. Supaya tidak mentok kruk as ketika seher posisinya menuju TMB (Titik Mati Bawah).

Supaya aman, pantat seher yang dipapas mengikuti ukuran asli seher Mio. Sekalian dihaluskan bekas potongan pisau bubutnya. Supaya tak bikin baret liner.
Akibat penggantian seher ini, tentu boring standar tidak bisa dipakai. Harus diganti liner baru yang lebih besar dan tebal. Supaya seher baru bisa masuk.

Karena kapasitas silinder sudah besar, suplai gas bakar harus dibesarkan. Untuk turun di kelas 58-nan, bisa menggunakan klep isap 28 mm dan buang 24 mm. Diambil dari klep EE yang aslinya 31/25 mm itu. Untuk itu harus dikecilkan supaya sesuai keinginan.

Selain ganti klep, sudah tentu squish disesuaikan. “Dibikin mengikuti diameter seher. Supaya piston tidak mentok dan menghasilkan kompresi yang tidak terlalu tinggi,” bilang Daryanto

Sekarang giliran mengoptimalkan pasokan campuran gas ke ruang bakar sesuai spek standaran. Caranya, tetap mengadopsi karburator orisinil namun diakali supaya lebih maksimal. Yang penting masih tetap pakai karbu asli walau dalamnya sudah diobok-obok.

Untuk mengatur proses pemasukan antara campuran bahan bakar dengan udara, buka tutup klep dimaksimalkan. Daryanto pilih menggunakan kem Mio Kawahara K3 yang diseting lagi. 

Honda BeAT 2010, Gabrukan 500 Meter!


Kata ‘gabrukan’ di trek lurus malam hari, punya arti tertentu. Yaitu, ketemu ditempat dan langsung balap! Konsep ini yang dipegang Honda BeAT milik Andi Alamsyah. Skubek langsing buatan pabrikan sayap tunggal ini, diseting buat main gabrukan!

“Jadi, enggak pakai panjer atau uang muka segala buat pastikan permainan. Motor ini memang sengaja dibuat main gabrukan di daerah Bintaro Jaya, Tangerang,” sebut pria yang tinggal di Komplek Kodam, Tanah Kusir, Jakarta Selatan itu.

Pacuan diseting hanya buat lahap trek lurus 500 meter. Tapi, terkadang bisa juga dipaksa berlari hingga 700 meter. Soal seting, Andi menyerahkan ke Tio Pratama yang tinggal di Jl. Cendrawasih 2, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

"Saya memang bukan seorang mekanik tulen. Tapi, ngerti soal mesin. Itu karena sering mengikuti tim pabrikan saat balap. Jadi, sedikit-sedikit saya mengerti soal itu,” bilang Tio.

Ohhh..., lanjut! Ini bisa dibilang proyek Tio yang pertama bikin motor kenceng, tapi dia tidak putus asa begitu saja. Karena proyek awal, sepertinya ogah spekulasi. Doi lebih pilih bermain aman lewat part bolt-on. Misalnya seperti blok silinder.

Blok silinder set merek Kawahara Racing dipilih buat naikan kapasitas silinder. “Pakai yang ukuran 54 mm aja dulu. Itu sudah 125,8 cc. Kalau memang masih kurang, ya tinggal pakai ukuran lebih besar lagi,” tambahnya.

Yang bikin menarik, part Kawahara ini mengaplikasi piston tipe forging. Ya, model tempa. Makanya jadi pilihan Tio. “Selain lebih kuat kompresi tinggi, bobot piston juga sedikit lebih ringan. Lewat bobot piston yang ringan, tentunya kinerja mesin buat gapai putaran juga sedikit lebih cepat dong,” timpalnya lagi.
Ikuti kapasitas silinder yang bengkak, diameter klep isap dan buang ikut diganti. Pria yang juga punya hobi melawak ini, pasang klep Honda CS-1. Diameter klep isap 28 mm dan klep buang 24 mm.

Seiring pergantian klep, noken as yang mengatur kapan klep membuka dan menutup juga diganti. Lagi-lagi, Tio hanya andalkan part bolt-on saja dari merek yang sama. Yaitu, Kawahara Racing tipe K2. “Punya Kawahara terbilang simpel, tinggal pasang saja tidak perlu ada perubahan apapun,” tambah pria yang bilang bibir silinder head dipapas 0,8 mm tapi tak sebutkan perbandingan kompresi di ruang bakar.

Enggak lengkap kalau asupan bahan bakar tak ikut dimainkan. Masih andalkan karburator bawaan BeAT, tapi diameter venturi diperbesar. Dari ukuran standar yang 22 mm, venturi direamer hingga 26 mm. “Tinggal seting ulang main-jet dan pilot-jet aja. Main-jet pakai 115 dan pilot-jet pakai pakai 35,” tutur pria yang memiliki bewok ini.

Seting, CVT dilakukan sebagai penentu laju. Tapi, tak banyak yang dimainkan. Tio hanya seting ulang bobot roller. Pakai kombinasi roller 10 dan 11 gram. "Disilang, jadi putaran atasnya juga tetap jalan," tutupnya.

Honda GL100, Lokal Retro


 
Gaya retro atau vintage merupakan ciri khas ubahan rumah modifikasi U Colour dalam menggarap besutan. Seperti ketika menjarah Honda GL100 lansiran 1981 ini. Roh Honda CB yang terbilang generasi pendahulu GL coba dihadirkan lewat detail ubahannya.
Salah satunya penampung bahan bakar, mengaplikasi tangki orisinil Honda CB100 1973, menempel di rangka depan Honda GL100. “Tangki bensin selalu jadi perhatian utama buat motor batangan, makanya paling ideal pakai tangki orisinil lengkap dengan emblemnya,” lanjut Ilham lagi.
Komponen lain juga ikut diambil dari Honda CB keluaran tahun yang sama. Seperti satu set suspensi depan, lengan ayun belakang lengkap dengan kedua teromolnya. “Lampu depan dan belakang berikut spidometer juga bawaan dari Honda CB,” jelas builder yang sangat konsen terhadap lokal retro custom ini.
Mengikuti tren yang lagi happening, gaya café racer sengaja jadi pilihan. Ini bisa dilihat dari beberapa detail ubahan yang mengarah ke tongkrongan motor balap zaman dulu. Dari pemasangan setang model rebah mengandalkan gaya club man dan jok belakang dibentuk membulat seperti buntut tawon. 
 
Model setang yang membungkuk ini bukan seperti setang jepit, seperti besutan modern. Melainkan tetap mengandalkan kemudi pipa besi yang sudah ditekuk, jadi posisinya bisa rata dengan segitiga atas.
Biar makin mendukung tapilan café racer, pijakan kaki pengendara alias footstep juga ikut diganti mengandalkan part racing. “Ambil part yang banyak dijual di toko variasi,” lanjut Ilham.
Untuk menambah tapilan retro, areal buritan motor di samping kanan dan kiri jok ikut digarap. Ini kali Ilham coba pasang side back alias tas custom berbahan kulit.